Massa Bakar Pesawat dan Rumah Gubernur, Papua Nugini Tetapkan Status Darurat 9 Bulan Kedepan

Penampakan pengadilan lokal Mendi yang dibakar oleh massa


Port Moresby, Info Breaking News – Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neil menetapkan status darurat di provinsi Southern Highlands setelah massa bersenjata mengamuk dan membakar sebuah pesawat penumpang dan rumah gubernur setempat.

Status darurat ini dikatakan akan ditetapkan selama sembilan bulan kedepan. Selain itu, O'neill juga membekukan pemerintahan provinsi terkait peristiwa ini.

Dilansir dari AFP, Senin (18/6/2018), polisi mengatakan, massa marah akibat keputusan pengadilan untuk membatalkan petisi terhadap pemilihan Gubernur William Powi pada 2017, di tengah kekhawatiran korupsi.

"Keadaan normal sedang dipulihkan di provinsi ini," katanya dalam sebuah pernyataan.

"Tidak ada orang yang posisinya berada di atas hukum dan semua yang terlibat akan menghadapi kekuatan penuh dari hukum, serta bertanggung jawab atas kejahatan yang mereka lakukan," ucapnya.

Massa yang mengamuk membakar pesawat maskapai Air Niugini
Dalam insiden tersebut, massa membakar rumah Powi dan gedung pengadilan lokal di kota Mendi pada akhir pekan lalu. Demonstran juga menghancurkan sebuah pesawat milik maskapai nasional di bandara.

Tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut. Maskapai Air Niugini menyebut awak pesawat Dash 8 itu berhasil menyelamatkan diri dan telah kembali ke Port Moresby. Air Niugini terpaksa menangguhkan penerbangan ke wilayah Dataran Tinggi Selatan.

"Kami melakukan tinjauan lengkap tentang apa yang terjadi, dan menilai risiko sesuai dengan persyaratan Otoritas Keselamatan Sipil Penerbangan Sipil", demikian pernyataan manajemen Air Niugini.

Gambar di media sosial menunjukkan pesawat turboprop bermesin ganda itu dilahap api.
Laporan dari wartawan Radio Selandia Baru di Mendi, Melvin Levongo, mengatakan polisi kalah jumlah dengan massa yang mengamuk sehingga tidak dapat menghentikan aksi massa yang menggunakan senjata.

"Massa ingin melakukan sesuatu. Mereka sangat marah terhadap gubernur," katanya. 

"Dalam sejarah Papua Nugini, tidak ada yang membakar Niugini Air (pesawat) sebelumnya. Itu kebanggaan kami, dan bagi orang-orang di Mendi, itu menyedihkan. Seluruh bangsa tidak senang tentang hal itu," pungkas dia. ***Nadya

Subscribe to receive free email updates: