Penulis : Hendra
Minggu 12 November 2017
Probolinggo,kraksaanonline.com - Untuk menumbuhkan kembangkan generasi kreatif dan berbudaya, Pemuda Desa Bago Kecamatan Besuk menampilkan kekayaan seni dan budaya mereka melalui Festival Kampung Bago (FKB) # 2 selama 2 (dua) hari Sabtu dan Minggu (11-12/11/2017).
Adalah sebuah festival anti-mainstream yang digagas oleh kalangan pemuda yang bernama Jaringan Kampung (Japung) Nusantara yang kali ini merangkul pemuda Desa Bago untuk saling berekspresi dalam karya seni dengan sentuhan managemen event yang sangat terkoordinir.
Di kali kedua pelaksanaan Festival Kampung Bago ini pun menuai antusias warga. Hal ini terlihat dari banyaknya suguhan seni dan budaya yang dipentaskan oleh warga yang tentu saja menambah kemeriahan tersendiri dalam festival itu. Tidak hanya karya lokal setempat, namun festival ini juga diramaikan oleh seniman dari luar kota. Bahkan sampai pembelajaran batik dan pengobatan gratis pun juga dijadwalkan mengisi rangkaian acara yang telah disiapkan dengan apik itu.
Begitu padatnya rangkaian acara dalam festival tahunan ini sehingga panitia harus membaginya menjadi dua hari. Di hari pertama ini sebagian besar adalah menampilkan karya seni dari warga masyarakat yang melibatkan seluruh lembaga pendidikan yang ada di Desa Bago dan sekitarnya.
Festival ini diawali oleh karnaval bersamaan dengan grebek Kadisah (selamatan desa) yang dikirab bersama menuju lokasi Festival Kampung Bago. Kemudian dilanjutkan dengan suguhan tari tradisional. Di sini suasana semakin meriah dengan warna-warni kostum dan jenis tarian yang berbeda itu. Sebut saja Tari Bako, Glipang, Re Re Re, Samman, Tuljaenak, Sumebyar dan Seblak Terbang yang kesemuanya dibawakan oleh siswa-siswi dari Desa Bago dan sekitarnya.
Salah satu tari tersebut ada satu tari yang baru diciptakan setahun yang lalu di acara yang sama. Adalah Tari Bako yang diciptakan oleh Eni Yuliatin seorang guru PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di Desa Bago. Tari ini menceritakan tentang suburnya pertanian di Desa Bago dengan menggambarkan aktifitas rakyat Desa Bago yang mayoritas tani dalam kesehariannya bertanam tembakau.
Bobby, warga Desa Bago yang juga ikut menonton festival itu mengaku bangga atas apa yang dilakukan oleh para pemuda di desanya itu. Menurutnya festival ini mampu menyatukan seluruh lembaga pendidikan di Desa Bago dalam satu ajang kreasi seni yang menurutnya sangat jarang terjadi.
"Acara ini bagus sekali, para pemuda kami yang sedang sekolah di luar kota. Semua pulang untuk saling membantu mensukseskan acara ini," ungkap bapak dua anak itu.
Tidak hanya tari tradisional saja, kemeriahan pun semakin memuncak saat ditampilkannya modern dance oleh anak-anak TK dan SD yang juga tidak mau kalah adu nyali dalam festival itu. Salah satu grup itu membawakan dance yang sedang hits saat ini yaitu Ewer kewer".
Kontan saja suasana semakin riuh oleh warga yang juga tidak sedikit mengikuti gerakan dance yang cukup unik itu. "Woowww Woowww wooow! Mungkin ini yang dinamakan Kids jaman Now ya gaaesss," seloroh salah seorang MC yang memandu jalannya festival itu.
Sementara itu Reo, Pemuda asal Desa Bago, selaku Ketua Panitia FKB#2 kali ini yang juga tergabung dalam Japung Nusantara itu mengungkapkan bahwa di era globalisasi yang diikuti dengan lunturnya nilai-nilai budaya bangsa saat ini, sebagai pemuda Indonesia harus senantiasa semangat untuk kembali ke karakter manusia Indonesia yang berbudaya dan dikenal sebagai masyarakat yang luhur dan juga memiliki karya agung seperti tari-tarian, pakaian adat dan alat musik tradisional.
"Dalam FKB #2 ini kami turut mengangkat itu semua agar masyarakat Desa Bago Kecamatan Besuk juga bisa lebih mengenal dan menghargai budaya bangsa ini," ungkapnya.
Adanya Japung Nusantara ini menurut Reo merupakan wadah yang tepat bagi para pemuda di seluruh pelosok di Indonesia agar lebih mencintai budaya Indonesia dengan mengekspresikannya melalui karya-karya seni asli Indonesia.
"Sementara di Kabupaten Probolinggo baru ada di Kampung Bago dan Leces. Saya harap ke depan akan lahir kampong-kampung baru semacam ini. Dimana pemudanya bisa menjadi duta seni budaya yang kemudian menularkannya ke lingkup yang lebih luas," tegasnya.
"Tema kami kali ini adalah semangat berkarya. Artinya kita selaku ingin mewujudkan karya-karya baru di desa kami. Pembangunan desa bukan hanya melalui infrastruktur saja namun juga harus menggali SDM-nya," pungkasnya. (dra)
//