Pegiat kuliner nasional, Bondan Winarno "Maknyus" sedang merasakan kenikmatan rasa Kopi Santan khas dari Desa Jepangrejo, Kamis (21/9/2017). (foto: dok-infoblora) |
Setibanya di Blora, pria yang pernah menjadi host Wisata Kuliner di salah satu stasiun TV Swasta Nasional ini langsung menuju Warung Kopi Santan Mbah Sakijah yang berada di Desa Jepangrejo, Kecamatan Blora Kota. Lokasinya yang berada di pedesaan, menurutnya justru menunjukkan kesan tradisional.
Saking penasarannya, Pak Bondan pun ikut ke dapur melihat proses penggorengan biji kopi bahan kopi santan. (foto: dok-infoblora) |
"Saya penasaran dengan kopi santan khas Blora ini. Selain kopi kothok, ternyata Blora punya kopi santan yang aroma dan citarasanya khas," ucap Bondan Winarno.
Sedang asik melakukan wawancara dengan Mak Ru sambil menggoreng biji kopi, kemudian datang Wakil Bupati H.Arief Rohman M.Si bersama Kepala Desa Jepangrejo, Suparlan.
Dari kiri ke kanan, Mak Ru, Pak Bondan, Wakil Bupati Arief Rohman dan Kades Jepangrejo Suparlan menuang kopi bersama sama ke dalam gelas usai dikothok. (foto: dok-infoblora) |
"Serbuk biji kopi robusta yang sebelumnya digoreng sanrai dengan potongan kelapa kecil lalu direbus bersamaan dengan santan segar dan gula menghasilkan rasa kopi yang benar-benar maknyus. Kombinasinya benar-benar menyatu antara kopi, santan segar dan gula. Beda rasanya jika hanya diseduh saja, yang gulanya hancur karena diaduk, bukan direbus. Santan segar yang baru diperas juga menambah rasa gurih tersendiri," ujar Bondan Winarno usai menyruput kopi santan panas panas.
Hasil kunjungannya ke warung kopi santan Mbah Sakijah Desa Jepangrejo ini akan ia tulis dalam sebuah buku tentang keragaman Kopi Nusantara.
"Rasanya sungguh maknyus. Kopi Santan ini akan saya masukkan dalam buku Kopi Nusantara yang sedang saya susun. Saat ini memang saya sedang melakukan penjelajahan tentang keberagaman jenis kopi di Indonesia. Salah satunya di Blora ini," lanjutnya.
"Kopi Sanan Maknyussss..." kata Pak Bondan Winarno bersama Wabup dan Kades. (foto: dok-infoblora) |
"Berawal dari coba-coba mencampur kopi dengan santan, ternyata rasanya enak dan banyak yang menyukai. Sehingga sampai kini masih terus dijual meskipun Ibu saya sudah meninggal lima tahun lalu. Sekarang saya yang meneruskan jualan kopi santan," kata Mak Ru.
Menurutnya, khusus kopi santan pembelinya lebih banyak dari kalangan pemuda. Sedangkan para orang tua lebih memilih kopi kothok hitam biasa.
"Ramenya saat pagi hari sebelum berangkat kerja ke sawah dan menjelang sore hingga malam. Warung selalu penuh. Alhamdulillah bisa untuk menyambung hidup Mas," pungkasnya. (res-infoblora)