HorasSumutNews.com - Berita Terkini Jejak jaringan teroris Terbaru Hari Ini -Densus 88 Antiteror Mabes Polri berhasil mengamankan terduga teroris Roni Syamsudi Lubis alias Syafi'i di Jalan Delitua-Patumbak, Dusun III Kuta Dinding, Desa Ajibaho, Kecamatan Biru-biru, Deliserdang, Rabu (21/1//2016).
Syafi'i masuk daftar pencarian orang (DPO) kasus terorisme di Batam.
Setelah menangkap terduga teroris di Tangsel, Payakumbuh, dan Deli Serdang, polisi juga telah menangkap seorang terduga teroris di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Rabu (21/12/2016) sore.
Jubir Mabes Polri, Kepala Bagian Mitra Biro Penmas Divisi Humas Mabes Polri Kombes Pol. Awi Setiyono, mengatakan terduga berinisial HA, 28 tahun, adalah anggota kelompok jaringan teroris Katibah Gigih Rahmat.
Baik Syafi'i dan HA pernah memiliki catatan menyembunyikan dua orang dari Uighur.
Warga negara asing beretnis Uighur, Tiongkok yang siap menjadi "pengantin" alias pelaku bom bunuh diri yang sempat disembunyikan di Batam ini masih terus diburu Densus 88.
Lalu apa hubungannya jejak teroris internasional berasal dari suku Uighur dengan terorisme di tanah air?
Bangsa Uighur adalah keturunan klan Turki yang hidup di Asia Tengah, terutama di provinsi Cina.
Jejak suku Bangsa Uighur dalam jaringan teroris di Indonesia bukan baru kali ini saja.
1. Bersama Teroris Santoso di Poso
Berdasarkan catatan teroris tanah air, Tribunnews.com mendapati jejak keterlibatan suku Uighur dari Provinsi Xinjiang, Tiongkok ke Poso untuk bergabung dengan kelompok teroris Santoso.
Saat itu, Kapolda Sulawesi Tengah Inspektur Jenderal Rudi Sufhariadi mengatakan pada kelompok teroris pimpinan Santoso terdapat warga negara asing dari etnis Uighur.
Suku bangsa yang mayoritas berada di Provinsi Xinjiang, Tiongkok, bahkan memiliki peran khusus pada kelompok Mujahidin Indonesia Timur dalam gerilya di pegunungan kawasan Poso, Sulawesi Tengah.
"Karena kemampuan fisiknya lebih tangguh, mereka (Uighur) diberi tugas membawa logistik," kata Rudi dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (25/5/2016).
Rudi menyebut tugas dari etnis Uighur pada kelompok Santoso diketahui dari empat yang sudah ditangkap dari sejumlah daftar pencarian orang operasi Tinombala.
Kekuatan fisik etnis Uighur pada kelompok Santoso, diibaratkan Rudi pada kekuatan mereka mengangkat karung beras bekal makanan.
"Kalau orang kita angkat satu karung berdua, mereka (Uighur) angkat satu karung beras sendiri," kata Rudi.
Dalam bergerilya menghindari kejaran aparat gabungan operasi Tinombala, WNA itu lebih lincah dalam pergerakannya.
Dari pengakuan anak buah Santoso yang tertangkap, tutur Rudi, ada enam orang Uighur pada kelompok MIT.
Namun, lima di antaranya sudah tewas selama rangkaian operasi perburuan Santoso berlangsung dan satu tertangkap.